Suwalo Trip Brayuen


Alumni PMMU angkatan 2016
Saya dan ketujuh teman saya berkunjung ke salah satu wisata di Aceh, Brayeun-ada juga yang menyebut Brayeung-. sekitar sejam perjalanan kami tempuh kesana. Mungkin jika kita berkendara sedikit ngebut, kita bisa tiba kesana setengah jam saja dari Banda Aceh. wisata yang terletak antara arah barat-selatan ini sangat memberi sensasinya. Bagaimana tidak? Begitu tiba di gerbang masuk Brayeun, kami langsung dimanjakan dengan pemandangan bukit-bukit yang tinggi serta udara sejuk mengetarkan semangat. Jalan masuknya pas didepan masjid utama Leupung.


Brayeun yang terltak di kecamatan Leupung dan pernah dihempas Tsunami pada 2004 silam, kini berubah drastis. Akses jalan menuju Brayeun begitu mulus dan lebar. Di kanan jalan terhampar lautan lepas sementara di kirinya terdapat bukit bak tembok raksasa. Biasanya, muda-mudi akan hilir mudik di jalanan Leupeung. Kadang ada yang singgah karena terpikat panggilan penjual jagung bakar. Namun ada juga yang hanya berkendara pelan, sekedar merasakan angin laut di sore hari yang manja.


Sekitar jam 14.30 kami tiba di Brayeun. Namun kami tidak langsung menyeburkan diri ke air. Sejenak istirahat dengan menikmati kopi Leupung. Menyerup kopi dibawah apitan bukit-bukit yang mejulang serta udara nan sejuk dan kicauan burung yang merdu adalah hal yang  nikmat. Banyak mahasiswa yang berkunjung kesini sejenak menenangkan pikiran dari penatnya materi kuliah.


Selain air dingin dan kopi di Brayuen, ada hal lain yang di tawarkan yaitu “Mie Leupung”. Belum sah rasanya bagi penikmat mie jika belum merasakan kelezatan mie leupung. Perpaduan antara bukit nan sejuk dan sedapnya mie leupung membuat warung mie di Brayeun tiada duanya. Anda bisa memilih, mie kepiting, mie goreng biasa dan basah. Masalah harga tak perlu ditanya, sangat terjangkau. Untuk seporsi mie biasa anda cukup merogoh kocek sepuluh ribu rupiah. Sementara untuk mie kepiting, anda harus merogoh sedikit banyak, empat puluh ribu rupiah. Namun, dijamin akan puas dengan ukuran kepiting yang jumbo.


Jika ingin berkunjung kesini dan menikmati Brayuen seutuhnya, pastikan anda berkunjung disaat bukan hari libur, seperti hari Senin-Jumat. Bila hari libur, akan banyak yang berkunjung kesini, namun tidak masalah bagi yang lebih suka keramaian. Dan jangan datang saat hujan, dikabarkan air dingin Brayuen akan menguning sebab turunnya air dari bukit disekitarnya.


Perahu karet yang kami sewa
Lalu bila ingin mengelilingi luasnya Brayeun dan pemandangannya anda cukup menyewa perahu karet yang berkapasitas lima orang. cukup merogoh kocek empat puluh ribu lagi-sepuasnya-perahu karet bisa anda pakai untuk mengeliling Brayeun seutuhnya.


Namun, diujung detik terakhir kami di Brayeun ada cerita lucu yang sangat terkenang hingga kami tiba dirumah. Kami sadar bahwa beberapa diantara kami ada yang mengunakan suwalo-sandal jepit- dan berpakaian ala kadar. Teringat saat kami mondok dulu, kalau pergi kemana saja suka ala kadar berpakaian. 

Misalnya, mengunakan baju kemaja dan celana training. Dan itu terjadi kembali-diluar kesadaran- ketika kami alumni, tepatnya saat berkunjung ke Brayeun. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa saja, namun bagi kami kejadian itu adalah hal yang istimewa sebagai bahan sekedar nostalgia.


Memang, pesisir selalu menawarkan cerita berbeda setiap episode perjalananya. Ini cerita kami di Brayeun, cerita anda?.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merasakan Ruang dalam Museum Tsunami

Jam Beker Daud

Sahabat Misterius