Postingan

Suara Kreatif dari Kampung

Gambar
Ibu dan anak melintasjalan yang diapit gunung dan sungai. foto: Adli Dzil Ikram Gapura itu terlihat gagah. Kendaraan terus ramai di sepanjang jalan. Mereka menuju pantai Lampuuk, namun tidak dengan aku. Aku memilih belok kiri setelah melewati pom bensin. Di gapura itu tertulis 'Gampong Nusa'. Ini adalah pengalaman pertama aku mengunjugi kampung ini. Setelah beberapa waktu hanya mendengar kabar tentangnya. Aku berhenti di hadapan gapura itu. Dan menanyakan pada orang yang hilir mudik dari arah panjang Gampong Nusa. "Pak..pak dimana tempat diadakannya Festival Gampong Nusa". Bapak tersebut menyerukan, aku hanya tinggla lurus saja, mengikuti jalan berbukit ini. Di sepanjang jalan aku menimati papan indah asmaul husna. Sekali-kali rumah-rumah itu berganti dengan sawah, sejauh mata memandang. Di tambah apitan bukit-bukit hijau yang menjulang ke angkasa. Angin sepoi-sepoi membisikku perlahan. Anak-anak yang bermain sepeda, tertawa lepas. Ada ibu yang sedang me

Sehari bersama Gajah Sumatera

Gambar
Mahout Mengeluarkan Jojo dan Ulo. foto: Adli Dzil Ikram SAYA merasa beruntung bisa berkunjung ke Conservation Response Unit (CRU) Sampoiniet, Aceh Jaya Minggu, (9/9).  Berkat ajakan seorang teman, saya bisa berkunjung ke tempat yang tenang ini. Tentunya, untuk melihat Gajah Sumateradan belajar tentangnya. Jojo berpose ketika hendak saya foto. foto: Adli Dzil Ikram GAJAH Sumatera (Elephas maximus sumatranus) adalah salah satu spesies hewan bertubuh besar di Asia yang hanya ada di pulau Sumatera.Gajah Sumatera berukuran lebih kecil daripada gajah lain yang ada di bumi. Kini, Gajah Sumatera teranjam punah, hal itu beriring dengan semakin banyaknya hutan di Sumatera yang hilang. Sekitar 65 % populasi gajah Sumatera mati akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan mati akibat diracuni manusia. Memandikan gajah. foto: Adli Dzil Ikram Memandikan gajah. foto: Adli Dzil Ikram KABAR tentang Gajah Sumatera yang akan punah membuat banyak pihak yang merasa marah. Ditambah

Betapa Penting Pencahayaan pada Hunian

Gambar
Dalam postingan kali ini saya akan mencoba membahas  tentang pencahayaaan dalam sebuah hunian/ruang. Hal ini pun sering saya pelajari sehari-hari di kampus. Sejak saya belajar ilmu arsitektur di Prodi Arsitektur UIN Ar-Raniry, saya langsung tertarik tentang pencahayaan. Sebab, cahaya adalah kebutuhan bagi manusia. Pencahayaan juga fakor yang mempengaruhi kesehatan manusia.Bayangkan, anda tinggal di dalam sebuah rumah atau kamar yang tidak memiliki pencahayaan menjadi gelap dan terkesan pengap. Biasanya ini sering kita dapati di kos-kosan. Ruangan yang tidak mendapat cahaya yang baik ditambah kita mengantung baju atau handuk di ruangan tersebut. Betapa pengapnya! Dalam teorinya, pencahayaan terbagi menjadi dua yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami ini berasal dari cahaya matahari. Nah, di sini para arsitek dituntut untuk meletakan jendela sesuai dengan orentasi agar bisa mendapatkan cahaya matahari secara baik pula. Hal ini memang harus benar-benar dipert

Jerawat di Wajah Jeumala

Gambar
Jeumala begitu membenci jerawat yang tumbuh di keningnya, dekat dengan alis kirinya. Jerawat itu begitu besar, seperti bisul. Ia heran bagaimana jerawat itu bisa tumbuh. Padahal belakangan ini, Jeumala jarang makan kacang atau makan berlemak tinggi. Kata orang begitu. Ibunya bilang, bahwa ada yang diam-diam mencintainya. Hah, ia tambah heran bagaimana mungkin wanita kulit hitam dan gendut jatuh cinta padanya. Ingin sekali ia menghancurkannya. Tapi Jeumala tak kuat menahan rasa sakitnya. Ia menanyakan kepada Maimunah, wanita di desanya yang banyak jerawat di wajahnya, namun kini sudah hilang. “Aku dulu pakai daun sirih. Petik beberapa daun sirih yang di pucuk, hancurkan lalu letakkan di jerawatmu. Tunggu kering, cuci. Begitu terus sampai hilang,” perintah Maimunah. Selama seminggu Jeumala menaruknya. Namun tidak ada perkembangan. Malah bertambah satu jerawat lagi di pipi kanannya. Ah, ia begitu benci jerawat. Lagi-lagi merenungkan makanan lemak apa yang telah ia makan.

Sahabat Misterius

Gambar
PAGI itu langit tak menentu. Kadang cerah menerangkan. Sesekali  mendung dipayung awan hitam pekat. Bila cuaca mendung ku kira hujan akan turun membasahi bumi yang gersang. Ternyata matahari kembali bersinar setelah dihalang gumpalan awan gelap. Belakangan ini perputaran musim di Aceh sulit ditebak. Aku merasa ada hal yang ganjil dengan alam Aceh. Seakan negeri para syuhada sedang menanggung beban kemurkaan sang Khaliq . Orang-orang yang menghuni pusat kota mahasiswa mulai sepi. Darussalam memang dikenal kota pelajar. Di sana tempat merembuk ribuan mahasiswa dari pelosok tanah rencong. Dua kampus “Jantoeng hate rakyat Aceh” terlihat lengang. Hampir tak ada aktifitas di sudut kampus bergengsi itu. Dalam kalender akademik belum masuk fase libur. Aku merasa mahasiswa libur sebab akan ada pesta demokrasi pekan depan. Hati kecilku sangat tidak senang dengan musim pemilu. Sebab keindahan jalan-jalan protokol terganggu dengan bendera partai dan atribut lainnya. Lap

Di Kesunyian Terdalam pada Suatu Malam April 2017

Gambar
Di malam sunyi Aku ambil puisi pada hujan Lalu, aku tulis di atas daun-daun Di pagi sunyi Aku lihat embun dengan tanda tanya; dari mana ia datang? Dari malam yang hujan? Atau dari malam yang berbintang? "Semalam tak ada Bintang" jawab hujan "Aku tak sudi menghiasi malamnya" jawab bintang Banda Aceh, 14 April

Pendidikan Pelangi

Gambar
Ini adalah ke sekian kalinya saya membaca buku laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Novel ini sangat menginspirasi saya, dengan kata-katanya yang Indah membuat saya semangat lagi ketika menjalani aktivitas. Biasanya, saya sering baca buku ini ketika lagi malas-malasnya belajar, ke sekolah (dulu) dan ke kampus. Judul "sepuluh murid baru" dalam buku ini yang menceritakan bagaiman perjuangan buk mus dan pak harfan memperjuangkan sekolah yang jika digoyang dengan tangan mungkin akan roboh. Buk Mus dan Pak Harfan mulai gelisah, saat murid yang mendaftar di sekolah Muhamadiyah hanya sembilan orang. Bila tidak mencapai angka sepuluh maka sekolah itu akan di tutup. Sekolah yang berdinding papan, jika di dorong dengan tangan mungkin bisa roboh. Sekolah yang jika malam dijadikan kandang kambing. Namun Buk Mus tidak patah semangat untuk menunggu berjam-jam lagi. Hingga anak yang bernama Harun yang datang dari pulau seberang, seakan telah menyambung kembali semangat

Pesan Suku Mante kepada Rakyat Aceh

Gambar
"Aaaaaaaa..!.” sebuah terikan yang terdengar dari panggung utama Piasan seni 2017. Semua orang di sekitaran stand-stand berkumpul di depan panggung utama. Aku yang sedang membaca buku Laskar Pelangi karya Andre Hirata di stand Forum Lingkar Pena, tersentak kaget. Suasana hening sejenak, hanya lampu sorot dari panggung utama yang sekali-kali menganggu mataku. "Aaaaaa...!” suara itu terdengar lebih keras kali ini. Aku memberi tanda baca pada buku Laskar Pelangi. lalu bergegas menuju panggung utama. Di atas panggung aku melihat, orang kecil (seperti kurcaci) yang di penuhi daun-daun dan wajahnya bergaris-garis putih, terlihat seperti orang papua atau manusia pada zaman dahulu kala. Aku berdiri tepat di depan panggung. Orang kecil itu masih ditengah panggung dan diam melihat kanan-kiri, sekali-kali ke atas. Orang-orang semakin penasaran siapa yang diatas panggung?, manusia pada zaman dahulu atau hanya sekedar seni yang di tampilkan?. Dia mengeluarkan suara entah berantah

Aksi 212 pada Aceh 2025

Gambar
Ada persamaan antara buku Aceh 2025 dan aksi 212 yang terjadi di Monas Desember 2016 lalu. Judul "Revolusi Putih” pada buku ini yang mengambarkan hal yang sama dengan aksi 212. Sebanyak 7 juta penduduk islam indonesia mengunakan jubah putih berkumpul di Monas. Menuntut kasus penistaan agama agar segera diselesaikan secara hukum. Buku Aceh 2025 karangan Thayeb Loh Angen juga mengkisahkan tentang para penuntut yang berkumpul pada pusat   kota. Kisahnya para penutut mengunakan baju putih dan memadati bundaran bulat, sama halnya dengan para pasukan aksi 212. Cerita ini   ber-setting di Banda Aceh, bermula seorang pemuda yang baru selesai mengikuti lomba lompat indah antar negeri dan pemuda tersebut meraih juara pertama. kemudian Pemuda tersebut tidak ikut pulang bersama rombangannya, Ia lebih memilih menetap di Aceh, berniat ingin mengelilingi aceh sebelum kembali ke negaranya. Tempat pertama yang ia kunjungi adalah Museum Aceh. disana sebuah konflik bermula saat kenyamanan p

Suwalo Trip Brayuen

Gambar
Alumni PMMU angkatan 2016 Saya dan ketujuh teman saya berkunjung ke salah satu wisata di Aceh, Brayeun-ada juga yang menyebut Brayeung-. sekitar sejam perjalanan kami tempuh kesana. Mungkin jika kita berkendara sedikit ngebut, kita bisa tiba kesana setengah jam saja dari B anda Aceh . wisata yang terletak antara arah barat-selatan ini sangat memberi sensasinya. Bagaimana tidak? Begitu tiba di gerbang masuk Brayeun, kami langsung dimanjakan dengan pemandangan bukit-bukit yang tinggi serta udara sejuk mengetarkan semangat. Jalan masuknya pas didepan masjid utama Leupung. Brayeun yang terltak di kecamatan Leupung dan pernah dihempas Tsunami pada 2004 silam, kini berubah drastis. Akses jalan menuju B rayeun begitu mulus dan lebar. Di kanan jalan terhampar lautan lepas sementara di kirinya terdapat bukit bak tembok raksasa. Biasanya, muda-mudi akan hilir mudik di jalanan Leupeung. Kadang ada yang singgah karena terpikat panggilan penjual jagung bakar. Namun ada juga yang h