Suara Kreatif dari Kampung

Ibu dan anak melintasjalan yang diapit gunung dan sungai. foto: Adli Dzil Ikram

Gapura itu terlihat gagah. Kendaraan terus ramai di sepanjang jalan. Mereka menuju pantai Lampuuk, namun tidak dengan aku. Aku memilih belok kiri setelah melewati pom bensin. Di gapura itu tertulis 'Gampong Nusa'. Ini adalah pengalaman pertama aku mengunjugi kampung ini. Setelah beberapa waktu hanya mendengar kabar tentangnya.

Aku berhenti di hadapan gapura itu. Dan menanyakan pada orang yang hilir mudik dari arah panjang Gampong Nusa. "Pak..pak dimana tempat diadakannya Festival Gampong Nusa". Bapak tersebut menyerukan, aku hanya tinggla lurus saja, mengikuti jalan berbukit ini.

Di sepanjang jalan aku menimati papan indah asmaul husna. Sekali-kali rumah-rumah itu berganti dengan sawah, sejauh mata memandang. Di tambah apitan bukit-bukit hijau yang menjulang ke angkasa. Angin sepoi-sepoi membisikku perlahan. Anak-anak yang bermain sepeda, tertawa lepas. Ada ibu yang sedang menyapu di halaman rumahnya, menawarku sebuah senyuman. Lantas aku bertanya hal yang sama; di mana Festival Gampong Nusa?. Ia menjawab, tidak jauh lagi nak, kedepan lagi!.

Aku tiba di sebuah ujung dengan gapura kayu. Beberapa putaran ban motorku berputar aku melihat sejumlah ibu-ibu sdang berkumpul di sana. Dari sudut kanan seorang kakak yang tak asing wajahnya bagiku. Aku masih samar-samar karena sebenarnya aku rabun jauh. Semakin dekat, semakin aku mengenalnya, dan... aku kenal beliau. Wanita tegar itu adalah Kak Rubama yang sering kulihat di Leuser Coffee. Ia juga seorang steemian, KSI Banda Aceh. Ia melempar senyum padaku. Aku membalasnya dengan sebuah sapaan hangat di pagi hari, "Kakk...!"

Pemandangan Gampong Nusa. foto:Adli Dzil Ikram


"Sendiri aja, yang lain mana?," tanyanya. "Iya kak, lebih enak sendiri. Hahah," awal candaan yang basi. Selanjutnya, aku bertanya padanya tentang festival ini. Ia menjelaskan dengan jelas. Ternyata saat ini, akan sedang berlangsung Lomba membuat kue Keukarah. Keukarah adalah kuliner khas Aceh yang kini kurang edukasinya.

Karena, aku terlihat bodoh di situ, hanya aku seorang laki-laki, yang lainya Ibu-ibu. Tentu sebuah harapan, adanya Dara Gampong yang hadir. Namun tidak ada. Akhirnya, Kak Rubawa menyuruhku untuk melihat pemandangan di belakang panggung yang sedikit dihias itu. Sungguh menakjubkan, ternyata ini kabar tentang Gampong Nusa yang selama ini kudengar. Terhampar sawah-sawah, diapitan bukit-bukit hijau, ditemani sungai. Sungguh aku hidup di pagi hari seperti ini.

Saat aku lalai memotret pemandangan, suara pengeras suara terdengar jelas. Menyerukan sebuah perkumpulan, bahwa sementar lagi lomba akan segera dimulai. Aku masih lalai, tiba-tiba seorang laki-laki yang berkaos 'Nusa Festival mengingatkanku tentang lomba tersebut. Tenda itu sudah dipadati orang-orang saat aku tiba. Satu per satu teriakan penyemangat terdengar dari ibu-ibu, mendukung tim kesayangan mereka. Aku begitu menikmati lomba tersebut dan mengabadikanya dengan baik.

Betapa kreatif orang-orang di sini. Aku melihat mereka begitu kompak membangun. Festival Gampong Nusa ini ternyata sudah dimulai sejak 2007. Mereka bangkit, memanfaatkan potensi kampungnya. Aku sangat yakin jika bangsa kita bisa memanfaatkan hasil alamnya dan melarang negara asing ikut campur, mungkin kita negeri paling kaya.

Warga mengikuti lomba memancing. foto: Adli Dzil Ikram


Setelah lomba itu berakhir, Kak Rubama mengingakatkanku untuk datang dua hari selanjutnya, "Ada lomba memancing!. Tanggal 19 Agustus acara puncaknya, datang ya."

*tulisan ini sudah pernah tayang di blog Steemit saya sebelumnya: 
https://steemit.com/travel/@adzilikram/suara-kreatif-dari-kampung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merasakan Ruang dalam Museum Tsunami

Jam Beker Daud

Sahabat Misterius