Merasakan Ruang dalam Museum Tsunami
Mungkin kita yang
tinggal di derah Aceh, sudah pergi ke Museum Tsunami. Namun semua yang pernah
kesana tidak semuanya tau apa apa saja filosofi dari setiap ruang ruang yang
ada di dalam museum tersebut. nah, pada kesempatan kali ini saya akan berbagi
sedikit tentang filosofi pada ruang Museum Tsunami.
Gedung yang berbentuk
kapaL dan di rancang oleh Arsitek terkenal Indonesia (Ridwan Kamil) ini,
memiliki daya tarik sendiri bagi turis maupun masyarakat Aceh. mungkin bagi
pembaca yang ingin berkunjung ke Museum Tsunami alangkah baiknya anda menyewa
Guide supaya anda bisa menanyakan tentang filosofi tersebut lebih jelas.
Tentang Museum
Tsunami
Untuk mengenang
peristiwa Tsunami yang terjadi tahun 2004 di Aceh, maka dibagunlah Museum
Tsunami di likasi kejadian. Museum bersejarah itu telahdiresmikan oleh mantan
presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir Februari 2009. Seperti yang
dituturkan sang perancang museum tersebut, Ridwan Kamil, Museum ini harus
menjadi simbul struktur yang anti Tsunami, yakni berupa kombinasi antara bagunan
panggung yang diangkat (eleveted building) diatas sebuah bukit.
Lebih jauh ia
mengukapkan, pilihan terhadap bagunan panggung terinspirasi dari rumah panggung
tradisional Aceh yang terbukti tahan terhadap bencana alam. Sedangkan konsep
bukit diambil dari konsep bukit penyelamat (escape hill) sebagai antisipasi
jika terjadi Tsunami di masa yang akan datang.
Dalam mendesain Museum,
ia mencoba merespon beberapa aspek penting dalan perancangan seperti: memori
terhadap peristiwa bencana Tsunami, fungsionalitas sebuah bagunan
museum/memorial, identitas kultur masyarakat Aceh, estetika baru yang bersifat
modern dan responsif terhadap konteks urban.
Bagunan megah Museum Tsunami tampak dali luar seperti kapal besar yang
sedang berlabuh dan jika kita lihat dari atas seperti pusaran air. Sementara di
bagian bawah terdapat kolan ikan. Museum ini merupakan satu satunya di
Indonesia dan tidak mustahil akan menjadi Museum Tsunami dunia.
Halaman Museum Tsunami
Pada halaman Museum
penulis merasakan keberisikan yang damai, halaman yang banyak kerikil dan batu
kecil, ditambah pohon pohon serta rumputan membuat halaman Meseum terlihat
netral dan damai. Letak Meseum di persimpang jalan berhadapan dengan Lapangan
Blang Padang, Banda Aceh. Juga membantu penglihatan mata menjadi keramaain di
halaman Museum.
Secara materi arsitektur, halaman Museum disebut SKALA RUANG KOTA. Dimana Halaman Museum dikaitkan dengan kota serta lingkungan manusia, sehingga memiliki kebersamaan/keramaian.
Halaman Meseum Tsunami |
Kolam Ikan
Ruang pada kolam ikan, jika kita memandangnya keatas selagi menyasikan ikan
menari di air, kita akan merasa ketakutan. Hal itu penulis rasakan ketika
berkunjung ke Museum sebagai materi kuliah. Secara materi hal ini disebut SKALA
RUANG MENAKUTKAN
Nah, kolam ikan jika tanpa melihat keatas, penulis juga merasakan
keramaian. Dimana banyak orang yang duduk santai di batu pinggir kolam. Batu
itu sendiri berjumlah 36 yang melambangan Negara Negara yang telah membantu
indonesia saat terjadinya Tsunami Aceh. Konon, katanya air pada kolam tersebut
adalah air Tsunami yang masih bisa menjadi salah satu saksi dari Tsunami Aceh.
Lorong Tsunami |
Lorong Tsunami merupakan akses awal pengunjung untuk memasuki Museum Tsunami. Memiliki panjang 30 m dan tinggi 19-23m, yang melambangkan tingginya gelombang Tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam. pada lorong ini, penulis merasa merinding, bulu kedup naik. Dengan air yang mengalir dikedua sisi dinding Museum, ditambah gemuruhnya, cahaya yang remang dan gelap, lorongnya yang sempit, menjelaskan ketakutan masyarakat aceh pada saat Tsunami.
Dari hal diatas, ruang
ini memiliki nilai menakutkan pada pengunjung, jujur, penulis merasakan
ketakutan saat berjalan asing dari grombolan teman teman. Dari sisi materi
arsitektur, Ruang ini disebut juga; SKALA MENAKUTKAN.
Ruang Kenangan
Setelah berjalan
melewati Lorong Tsunami, pengunjung akan memasuki Ruang Kenangan, ruangan ini
memiliki 26 monitor sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh
pada 26 Desember 2004 silam. setiap monitornya menampilkan gambar dan foto para
korban dan lokasi bencana yang melanda Aceh pada saat Tsunami. Sebanyak 40
gambar yang ditampilkan dalam bentuk slide. Gambar dan foto ini seakan
mengingatkan kembali kenangan Tsunami yang melanda Aceh atau disebut space of
memory yang tidak mudah untuk dilupakan dan dapat dipetik hikmah dari kejadian
tersebut.
Pada ruangan ini,
penulis merasakan sesuatu yang pengap. Namun sejuk, karena ruangan ini
dikelilingi pendingin ruangan, disebelah kanan dinding dilapisi oleh cermin.
Menurut pemandu, cermin itu sengaja di letakan agar pengunjung bisa cermin.
Sedangkan diatap/awan awan ruang. Kita bisa melihat bnyak bulatan, bulatan
tersebut ialah dari kolam. Ruang kenangan terletak dibawah kolam
ikan.
Ruang Kenangan |
Ruang Sumur Doa
Melalui Ruang Kenangan pengunjung akan memasuki Ruang Sumur Doa. Ruangan yang berbentuk silinder dengan cahay yang remang dan memiliki ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama korban Tsunami yang tertera disetiap dindingnya. Ruangan ini difilosofikan sebagai kuburan masal Tsunami dan pengunjung yang memasuki ruangan ini dianjurkan untuk mendoakan para korban menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Ruangan ini juga mengambarkan hubungan manusia dengan tuhan (habluminallah) yang ditambahdengan tulisan kaligrafi Allah yang tertera di atas cerobong dengan cahay yang mengarah ke atas dan lantunan ayat ayat Al-Qur’an. Ini melambagkan bahwa setiap manusia pasti akan kembali kepada Allah. Penulis merasakan ketakutan pada ruangan ini, merinding seakan ingin menagis ketika berdoa di hati kepada saudara yang terkena Tsunami.
Lorong Cerobong
Setelah melewati sumur doa, pengunjung akan melewati lorong cerobong menuju jembatan harapan. Lorong ini sengaja didesain dengan lantai yang berkelok dan tidak rata sebagai bentuk filosofi dari kebingungan dan keputusan masyarakat Aceh saat didera Tsunami pada 2004 silam. kebingungan akan arah tujuan, kebingungan mencari sanak saudara yang hilang dan kebingungan karena kehilangan harta dan benda.
Lorong gelap yang membawa pengunjug menuju cahaya alami melambangkan sebuah harapan bahwa masyarakat Aceh pada saat itu masih memiliki harapan dari adanya bantuan dunia untuk Aceh guna membantu memulihkan kondisi fisik atau psikologis masyarakat Aceh yang pada saat usai bencana mengalami trauma dan harapan besar.
Penulis sendiri pada ruang ini juga pening , ditambah ruangnya yang sempit. Namun ruang ini bisa memberi kenyamanan jika kita tiak berjalan. Secara materi ruang ini disebut; SKALA RUANG INTIM, Di tambah unsur garis pada sebelah kiri dinding.
Lorong Cerobong |
Jembatan Harapan
Lorong membawa pengunjung ke arah jembatan harapan. Disebut jembatan harapan karena melalui jembatan ini pengunjung dapat melihat 54 bendera, dari 54 negara yang ikut serta membantu Aceh pasca Tsunami. Disetiap bendera bertuliskan ‘damai’ dengan bahasa masing masing negara sebagai refleksi perdamaian Aceh dari peperangan dan konflik sebelum Tsunami terjadi. Dengan adanya bencana gempa dan Tsunami, dunia melihat secara langsung kondisi Aceh, mendukung dan membantu perdamaian Aceh, serta turut andil dalan membagun Aceh setelah bencana terjadi.
Penulis merasakan ketakutan saat melewati jembatan, karena memiliki ruang yang besar ditambah jarak antara kolam dan jembatan yang lumayan tinggi dan jika meihat ke kolam akan timbul rasa takut.
Jembatam Harapan |
mungkin hanya ini yang bisa saya tulis bedasarkan wawancara dengan petugas Museum. jika anda ingin berkunjug ke Museum jangan lupa untuk Menyewa Guidenya ya!, see you!.
Komentar
Posting Komentar